Suatu hari, Pendeta Jess dan istrinya datang menemui kami. Mereka mengatakan bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali, dan bahwa Dia sedang melakukan tahap pekerjaan yang baru. Mereka berkata bahwa Tuhan Yesus telah melakukan pekerjaan penebusan di Zaman Kasih Karunia dan, meskipun dosa-dosa kita telah diampuni oleh Tuhan, karena kita telah sedemikian dirusak oleh Iblis, natur berdosa kita yang jahat seperti Iblis tetap berakar dalam diri kita.
Mereka berkata bahwa di bawah kekuasaan sifat berdosa kita, kita acap kali mampu berbuat dosa dan melawan Tuhan, dan kita diikat serta dikekang oleh dosa. Mengingat kebutuhan kita sebagai manusia yang rusak, pada akhir zaman Tuhan sekali lagi menjadi manusia untuk melakukan tahap pekerjaan penghakiman dan pentahiran manusia oleh firman, dan tahap pekerjaan ini dilakukan di atas dasar pekerjaan penebusan. Tuhan datang untuk menyelamatkan kita sepenuhnya dari ikatan dosa, dan ini sepenuhnya merupakan penggenapan nubuat Alkitab “Penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan” (1 Petrus 4:17).
Mendengar persekutuan Pendeta Jess, hatiku merasa sangat tersentuh. Aku memikirkan tentang bagaimana, meskipun telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, aku tidak pernah lepas dari ikatan dosa, tetapi tetap mengikuti tren sosial dan mengejar kehidupan yang berlimpah materi …. Sesekali, aku merasa berutang kepada Tuhan, tetapi aku tidak bisa mengendalikan diriku—aku benar-benar memiliki dosa yang berakar dalam diriku! Makin aku mendengarkan, makin aku merasa bahwa persekutuan Pendeta Jess berasal dari Tuhan, jadi kuputuskan untuk mendengarkannya dengan sungguh-sungguh. Pendeta Jess kemudian bersaksi kepadaku tentang pekerjaan Tuhan Yesus yang datang kembali—Tuhan yang Mahakuasa—dan dia mengadakan persekutuan tentang aspek-aspek kebenaran seperti tiga tahap pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia, misteri inkarnasi, bagaimana Tuhan melakukan pekerjaan penghakiman-Nya di akhir zaman untuk mentahirkan dan mengubah manusia serta bagaimana Tuhan menentukan tempat tujuan akhir umat manusia. Aku menjadi yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali, dan aku dan istriku dengan senang hati menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman.
Tepat setelah menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman, dengan bersemangat aku menghadiri pertemuan ibadah, aku membaca firman Tuhan setiap kali aku mempunyai waktu, aku merasa sangat dekat dengan Tuhan dan kondisi rohku makin lebih baik. Tetapi setelah beberapa saat, melihat bahwa keluargaku membutuhkan uang untuk banyak hal, aku berpikir aku harus mulai menghasilkan uang dengan segera. Itu semua tidak akan terwujud jika tidak mempunyai uang, jadi aku mulai bekerja keras sekali lagi. Kadang-kadang, pekerjaan berbenturan dengan pertemuan gereja dan aku malah memilih untuk mencari uang, jadi aku tidak rutin menghadiri pertemuan ibadah.
Istriku dan saudara-saudariku di gereja berkali-kali menyampaikan persekutuan kepadaku, dengan mengatakan bahwa pekerjaan akhir zaman adalah tahap terakhir pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. Kita harus berfokus untuk mengejar kebenaran, kata mereka, kesenangan fisik adalah hampa, memiliki makanan dan pakaian sudah cukup, dan tidak apa-apa bekerja hanya pada jam-jam normal.
Mereka menyuruhku untuk tidak mengejar kekayaan dan kesenangan materi begitu banyak sehingga aku bahkan tidak mempunyai waktu untuk menghadiri pertemuan ibadah, karena jika demikian aku mungkin akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebenaran. Tetapi hatiku sudah dikuasai uang dan aku tidak menggubris apa yang dikatakan saudara-saudariku; aku terus bekerja keras untuk mendapatkan uang.
Sesudahnya, aku bekerja di perusahaan pamanku di siang hari dan mengendarai taksi di malam hari untuk menghasilkan sedikit tambahan uang. Sebulan berlalu dengan cara ini, lalu dua bulan, kemudian tiga bulan…. Untuk menghasilkan uang, aku terus-menerus hiruk-pikuk dan sibuk. Selama waktu ini, taksiku mengalami masalah hampir setiap hari, tetapi aku tidak pernah berdoa kepada Tuhan atau menenangkan rohku untuk melakukan refleksi diri supaya mengetahui alasan mengapa demikian. Kemudian pada suatu hari, aku baru saja hendak mengeluarkan taksiku ketika mesinnya mogok. Berpikir bahwa kerusakan besar seperti itu tidak akan dapat diperbaiki dengan cepat, aku pulang ke rumah.
Sambil berjalan pulang, aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya: “Sejak aku mulai menyibukkan diriku untuk menghasilkan uang, aku belum menghadiri pertemuan ibadah rutin, dan aku merasa makin jauh dari Tuhan. Setiap hari, kepalaku dipenuhi dengan pemikiran tentang bagaimana menghasilkan lebih banyak uang dan bagaimana menjalani kehidupan materi yang lebih baik. Aku tidak pernah memikirkan bagaimana aku bisa menghadiri pertemuan ibadah atau bagaimana aku bisa membaca lebih banyak firman Tuhan dan memahami lebih banyak kebenaran. Mesin mobilku tiba-tiba mogok hari ini—mungkinkah kehendak baik Tuhan ada di balik kejadian ini?”